Kamis, 07 April 2011
Kunyit, Si Kuning Yang Penuh Manfaat
Kunyit, si kecil kuning yang kaya akan manfaat, siapa yang tidak mengenal tanaman yang satu ini. Kunyit merupakan salah satu tumbuhan yang banyak digunakan masyarakat. Rimpang kunyit terutama digunakan untuk keperluan dapur (bumbu, zat warna makanan), kosmetika maupun dalam pengobatan tradisional.
Kunyit yang mempunyai nama latin Curcuma domestica Val. merupakan tanaman yang mudah diperbanyak dengan stek rimpang dengan ukuran 20-25 gram stek. Bibit rimpang harus cukup tua. Kunyit tumbuh dengan baik di tanah yang tata pengairannya baik, curah hujan 2.000 mm sampai 4.000 mm tiap tahun dan di tempat yang sedikit terlindung. Tapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar diperlukan tempat yang lebih terbuka. Rimpang kunyit berwarna kuning sampai kuning jingga.
Secara tradisional, air rebusan rimpang yang dicampur dengan gambir digunakan sebagai air kumur untuk gusi bengkak. Sementara salep dari kunyit dengan asam kawak digunakan untuk pengobatan kaki luka. Salep yang dibuat dari campuran kunyit dengan minyak kelapa banyak digunakan untuk menyembuhkan kaki bengkak dan untuk mengeluarkan cairan penyebab bengkak. Ataupun, kunyit yang diremas-remas dengan biji cengkeh dan melati digunakan untuk obat radang hati, dan penyakit kulit. Sementara akar kunyit yang diremas-remas dapat digunakan sebagai obat luar penyakit bengkak dan reumatik. Selain itu kunyit juga dipercaya untuk pengobatan penyakit diabetes melitus, tifus, usus buntu, disentri, sakit keputihan; haid tidak lancar, perut mulas saat haid, memperlancar ASI, amandel, berak lendir.
Kandungan Kimia
Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah diketahui yaitu minyak atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari golongan senyawa monoterpen dan sesquiterpen (meliputi zingiberen, alfa dan beta-turmerone), zat warna kuning yang disebut kurkuminoid sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50-60%, monodesmetoksikurkumin dan bidesmetoksikurkumin), protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C.
Dari ketiga senyawa kurkuminoid tersebut, kurkumin merupakan komponen terbesar. Sering kadar total kurkuminoid dihitung sebagai % kurkumin, karena kandungan kurkumin paling besar dibanding komponen kurkuminoid lainnya. Karena alasan tersebut beberapa penelitian baik fitokimia maupun farmakologi lebih ditekankan pada kurkumin.
Aktivitas farmakologi
Beberapa penelitian secara in vitro dan in vivo menunjukkan, kunyit mempunyai aktivitas sebagai antiinflamasi (antiperadangan), aktivitas terhadap peptic ulcer, antitoksik, antihiperlipidemia, dan aktivitas antikanker.
Obat yang diberikan secara intraperitoneal pada tikus efektif untuk mengurangi inflamasi (peradangan) akut dan kronik. Efektivitas obat terhadap tikus yang dilaporkan sama dengan hidrokortison asetat atau indometasin untuk anti-inflamasi. Jus kunyit atau serbuk yang diberikan secara oral tidak menghasilkan efek antiinflamasi, hanya injeksi intraperitoneal yang efektif. Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil, kurkumin hanya dapat dideteksi pada feces, namun tidak pada sel darah, plasma atau urine. Hal ini disebabkan kurkumin memunyai ketersediaan hayati yang rendah dan kurkumin merupakan senyawa yang sangat lipofil.
Minyak atsiri dari rimpang kunyit menunjukkan aktivitas antiinflamasi pada tikus yang menekan arthritis, udem tangan/kaki yang diinduksi dengan karagenan dan inflamasi yang diinduksi dengan hialuronidase. Aktivitas antiinflamasi, tampaknya melalui penghambatan enzim tripsin dan hialuronidase. Kurkumin dan turunannya yaitu natrium-kurkuminat yang diberikan secara intraperitoneal (ke organ dalam perut) dan oral menunjukkan aktivitas antiinflamasi yang kuat yaitu dengan menekan udem yang diinduksi dengan karagenan pada tikus.
Ekstrak obat dalam metanol atau air yang diberikan secara oral pada kelinci, secara signifikan menurunkan sekresi gastrik dan meningkatkan kandungan musin pada gastrik. Ekstrak obat dalam etanol yang diberikan intragastrik pada tikus sangat efektif untuk menginhibisi sekresi gastrik dan melindungi mukosa gastroduodenal yang disebabkan luka akibat stres hipotermik.
Ekstrak kurkumin dapat mencegah kerusakan hati yang diinduksi alkohol pada tikus yang mekanisme kerjanya melalui inhibisi gen NF-kB. Kurkumin memblok endotoksin yang merupakan hasil dari aktivasi NF-kB dan menekan cytokin, chemokin, Cyclooxygenase-2 (COX-2), dan inducible Nitrit Oxydase Sinthetase (iNOS), sehingga mencegah kerusakan hati. Ekstrak kurkuma juga dapat mencegah hepatotoksisitas yang diinduksi senyawa kimia CCl4 (karbontetraklorida) dengan mekanisme berikatan dengan protein dan reseptor pada permukaan membran sel menggantikan senyawa toksik dan mencegah kerusakan sel.
Ekstrak kurkuma dapat menurunkan semua komposisi lipid (trigliserida, pospolipid dan kolesterol) pada aorta, dan kadar trigliserida pada serum secara ex vivo. Kurkumin dapat menghambat agregasi platelet (PAF) yang distimulasi mediator endogen seperti faktor agregasi platelet dan asam arakhidonat melalui penghambatan produksi tromboxan (TXA2) dan memblok pelepasan second messenger Ca2+.
Kunyit dapat mencegah kanker usus dengan cara menginhibisi enzim-enzim lipid peroksidase dan siklooksigenase-2 yang merupakan implikasi perkembangan kanker dan menginduksi enzim glutation S-transferase. Induksi siklooksigenase-2 dihubungkan dengan produksi prostaglandin (hormon pengatur gerakan otot). Kunyit juga menunjukkan aktivitas sebagai antioksidan yang dihubungkan dengan mekanisme pemadaman singlet O2 yang dapat merusak DNA, namun sifat antioksidan ini bukan sebagai penghambatan superoksida anion atau radikal bebas hidroxil.
Serbuk kunyit yang diberikan secara oral pada 116 pasien dengan kondisi dispepsia, flatulen, dan asam lambung menunjukkan respon yang membaik secara signifikan dibanding kelompok kontrol. Pasien menerima 500 mg serbuk obat empat kali sehari selama tujuh hari, uji klinik yang diukur adalah efek obat pada tukak peptik yang menunjukkan, rimpang kunyit meningkatkan penyembuhan tukak dan menurunkan sakit pada bagian perut.
Uji klinik kedua yang diukur adalah menunjukkan, kurkumin efektif sebagai antiinflamasi. Dalam waktu dua minggu, dilakukan pengujian secara acak pada 18 pasien dengan penyakit reumathoid arthritis yang terbagi dalam tiga kelompok pemberian yang berbeda yaitu diberikan kurkumin (1200 mg/hari), fenilbutazon (30 mg/hari), dan kelompok kontrol. Hasil yang didapat yaitu kelompok yang diberi kurkumin dan fenilbutazon menunjukkan respon antiinflamasi jauh lebih baik daripada kelompok kontrol.
Tingkat keamanan
Studi keamanan (uji toksisitas) terhadap rimpang kunyit menunjukkan, ekstrak kunyit aman digunakan dalam dosis terapi. Rimpang kunyit yang diberikan secara oral tidak memberikan efek teratogenik (dampak pada embrio/janin) pada tikus. Keamanan ekstrak kunyit selama kehamilan belum terbukti, penggunaan selama kehamilan harus di bawah pengawasan medis. Ekskresi ekstrak kunyit melalui ASI dan efeknya pada bayi belum terbukti, sebaiknya penggunaan selama menyusui di bawah pengawasan medis. Dari uji toksisitas yang telah dilakukan selama 90 hari untuk konsumsi kunyit diperoleh hasil bahwa efek toksik terjadi pada 50 kali dosis yang biasa digunakan manusia setiap harinya.
(Triyani Sumiati, S.Si., Mahasiswa Pascasarjana Farmasi FMIPA ITB, I Ketut Adnyana, M.Si., Ph.D., Staf pengajar Departemen Farmasi FMIPA ITB
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar